}

12

Kamis, 22 Oktober 2015

“Saya Bangga Jadi Orang Indramayu”

                                    “Saya Bangga Jadi Orang Indramayu”

Saya Sangat Bangga Jadi Orang Indramayu Karena Saya  Sangat Terkagum Dengan Wilayah Indramayu
Karena Indramayu Memiliki Berbagai Sejarah Yang Sangat Berarti Bagi Orang Indramayu  Yaitu
danya faktor sejarah adanya daerah-daerah di Indramayu. Secara historis, sejak pertengahan abad ke-15 beberapa kerajaan/kesultanan besar ikut memberi pengaruh adanya Indramayu, antara lain:
1. Pengaruh Kerajaan Majapahit, diperkirakan abad ke-15 (adanya arsitektur rumah dan makam model Majapahit)
2. Pengaruh Kerajaan Sunda/Pajajaran, diperkirakan abad ke-15 (tahun 1512 pengelana Portugis, Tome Pires, mencatat Kepala Pelabuhan Cimanuk adalah orang Pajajaran)
3. Pengaruh Kesultanan Demak pada abad ke-16 (menyebarnya Islam melalui Walisanga dan Demak adalah pusatnya, motif batik Paoman identik dengan batik Lasem)
4. Pengaruh Kesultanan Mataram (manuskrip Wangsakerta menyebutkan Wiralodra adalah laskar Mataram yang ikut menyerbu Batavia tahun 1628 dan 1629, kemudian diperintahkan Sultan Agung untuk menetap di daerah yang sekarang disebut Indramayu).
Perkembangan bahasa tidak lepas dari unsur-unsur tata bahasa dan kesusastraan. Demikian pula pada bahasa daerah, termasuk bahasa Cirebon yang hidup dan berkembang di wilayah Cirebon, Indramayu, dan sekitarnya. Perkembangan karya sastra Cerbon-Dermayon sudah diketahui sejak zaman Hindu, Islam, hingga perkembangan sekarang atau dalam Masa Cirebon-Indramayu Kuna, Masa Cirebon-Indramayu Tengahan, hingga Masa Cirebon-Indramayu Modern (Untung Raharjo, 2006).
Masa Cirebon-Indramayu Kuna diperkirakan sejak zaman Hindu hingga akhir abad ke-16. Karya sastra yang berkembang, antara lain berupa kakawen, kidung, gugon tuwon, dan jawokan. Kosakata yang diambil berasal dari bahasa Sansekerta. Masa Cirebon-Indramayu Tengahan mulai awal abad ke-17 sampai akhir tahun 1800-an. Mulai banyak pengaruh lingkungan sekitar, baik dalam kosakata maupun dialek. Karya sastra yang muncul berupa macapat, perlambang / pralampita, sandisastra, sasmita, dan panyandra. Masa Cirebon-Indramayu Baru sejak tahun 1800-an sampai pertengahan 1900. Bahasa Sansekerta dan Kawi sejak menyatu dengan bahasa setempat (Jawa), karena pengaruh pendidikan formal melalui guru-guru yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karya sastra yang berkembang antara lain wangsalan, parikan, paribasa / pribasa, sanepa, ukara sesumbar, basa prenesan, dan basa rinengga / rineka. Masa Cirebon-Indramayu Modern diperkirakan sejak tahun 1950 sampe sekarang. Di masa tersebut ada beberapa kosakata baru yang berasal dari bahasa gaul. Karya sastra yang ada antara lain geguritan. Ada geguritan yang memiliki patokan (seperti macapat), ada juga yang tidak memiliki patokan (puisi bebas).

Fase Perkembangan
”Masa Cirebon-Indramayu Kuna” diperkirakan saat perubahan dari surutnya Hindu di Jawa barat hingga menyebarnya Islam (abad ke-15 hingga ke-17). Kosakata yang berkembang diambil dari bahasa Sansekerta. Karya sastra yang berkembang adalah:

1. Kakawen
Bahasa Sansekerta yang berbaur dengan bahasa pribumi kemudian disebut bahasa Kawi. Prosa lirik yang menggunakan bahasa Kawi sebagai penuturnya disebut kakawen. Contohnya:
Awignam astu/
swasti
telas sinusun mawang sinerat sayampratar tan enti/
dening pirang sang manurat sinerat ri Sakakala/
Nawa gapura marga raja/
Eka suklapaksa/ srewana masa//
Nihan ta/ mangdadiyakna dirga yusawastisanira sang
Manurat sang amaca/
Sang anggogoh mwang sang angupakareka pustaka/
Sang tasmat yadiyan ana kaluputan athawa kasasar
Ing serat sastreki/waraksamakna ta//

(Mudah-mudahan tiada aral melintang.
Semoga selamat.
Telah disusun dan ditulis siang-malam, tiada henti-entinya
oleh sejumlah penulis.
Ditulis pada tahun Saka:
Nawa gapura masrga raja (1599 S/1677 M)
tanggal 1 paro peteng
bulan Srawana (2 Juli).
Demikianlah semoga panjang-panjang usianya, bagi
yang menulis, yang membaca,
yang menyimpan, dan yang memelihara naskah ini.
Maka apabila ada kesalahan atau kekeliruan tulisan
sastra ini,
maafkanlah)

2. Kidung
Doa yang dituangkan ke dalam sastra, baik puisi atau macapat. Tidak selamanya kidung ditembangkan, ada kalanya dibaca. Contohnya:
Rajah Kala Cakra
Yamaraja – jaramaya
Yamarani – niramaya
Yasilapa – palasiya
Yamidosa – sadomiya
Yadayuda – dayudaya
Yasiyaca – cayasiya
Yasihama – mahsiya
Yamidora – radomiya

(Hai Maharaja Jaramaya (Bhatara Kala)
Yang berniat jahat ilang kejayaannya
Yang berlebih berikanlah kepada yang membutuhkan
Yang berbuat celaka jangan kepada manusia
Yang berbuat jahat hilang kekuatannya
Yang membikin fitnah berbalik kasihan
Yang membuat kerusakan jadilah asih
Yang dibuat melarat jadilah kaya)

3. Gugon Tuwon
Berasal dari kata gugu (ditaati, diikuti) dan tuwa (orangtua). Gugon tuwon, sebuah kalimat yang mengandung nasehat, mengajarkan tentang idup dan perilaku yang semestinya dijalani manusia. Contoh gugon tuwon dari Sunan Gunungjati:
- Yen sembahyang kungsiya pucuke panah
Arti kiasan : Jika sembahyang seperti ujung panah
Arti sebenarnya : Jika sholat haruslah khusyu dan tuma’nina
- Aja ngagungaken ing salira
Arti kiasan : Jangan pernah membanggakan diri
Arti sebenarnya : Tidak boleh sombong

4. Jawokan
Susunan kata-kata dalam suatu kalimat, terdiri-dari satu kalimat atau lebih yang berfungsi sebagai mantra atau doa. Contohnya:
Pitik tukung
Ngendhoga ning sore lumbung
Teka wurung teka wurung teka wurung
Slaman slumun slamet
Slata slutu watu
Setan ora doyan
Demit ora ndulit
Ilu-ilu ora kolu

Contoh jawokan yang diciptakan seniman tarling H. Abdul Adjib, yaitu Kemat Jaran Guyang dalam drama-tarling:
Niat isun arep maca kemat jaran guyang
Dudu ngemat-ngemat tangga
Dudu ngemat wong liwat ning dalan
Sing tek kemat Nok Suratminah prawan ayu
Anake Bapa Dam kang dunyane lelantakan
Yen lagi turu gage nglilira
Yen wis nglilir gage njagonga
Yen wis njagong gage ngadega
Mlayua mbrengengea kaya jaran sedalan-dalan
Teka welas teka asih
Suratmiah welas asih ning badan isun
”Masa Cirebon-Indramayu Tengahan” (1700-an sampai akhir 1800-an), gejalanya ada pengurangan bahasa Sansekerta maupun Kawi. Banyak pengaruh dari lingkungan sekitar, termasuk dialek. Karya sastra yang muncul adalah:

1. Macapat
Ada yang mengartikan macapat berasal dati kata ”maca papat-papat” (membaca empat demi empat suku kata). Ada pula yang mengartikan berasal dari ”sedulur papat kalima pancer” (getih, awah, pancer/badan, ari-ari, lan bungkuse). Ada juga yang memahami sebagai ”maca wong papat”. Diperkiraan macapat sudah ada sejak pertengahan abad ke-15 yang dibuat para Wali, saat akhir kejayaan Majapahit dan Pajajaran.
Berbagai jenis tembang macapat, seperti Dandanggula, Kasmaran, Mijil, Durma, Pangkur, Sinom, Menggalang, Pucung, Kinanti, Perlambang/Maskumambang, Dhundhukwuluh/Megatruh, Gambuh, Ladrang, Madengda, Lambang, Sumekar, Balakbak, Tuhrare, Toyamas.

2. Perlambang/Pralampita
Biasa disebut pralampita, yakni pemakian simbol-simbol dalam menyampaikan atau mengemukakan sesuatu dalam bentuk karya sastra. Contohnya;
Anderpati kalawisesa
Ander = duduk berjejer (antri)
Pati = mati
Anderpati = ora wedhi mati (tidak takut mati)
Kalawisesa = Batara Guru, Manikmaya, Girinata, Jagatnata, Kalawisaya
Dalam zaman Pajajaran orang-orang mememluk agama Syiwa. Mereka berhasil membunuh hawa nafsu, mereka bertapa memusatkan daya cipta hanya kepada Hyang Syiwa.

3. Sandi Sastra
Pitutur yang bersifat rahasia.
Kodhok ngemuli elenge
Kodok diibaratkan jiwa, sukma, rohani, nyawa.
Leng diibaratkan raga, badan, jasmani.
Ngemuli bermakna menjaga, menguasai
Makna : manusia itu jiawanya harus dapat menjaga atau mendelakikan badannya, jangan sampai jiwa dikalakan nafsu jasmani.

4. Sasmita
Isyarat yang diungkapkan menggunakan kata-kata dalam kalimat. Pada umumnya ada dalam pedalangan, penyampaian ungkapan dalang kepada nayaga (sasmitaning dhalang).
Njlegenek Sang Nata tedhak saking dampar dhenta, gawe gugup ning para biyada, piyak ngarep piyak mburi.

Karya sastra pada ”Masa Cirebon-Indramayu Baru” diperkirakan muncul sejak tahun 1800-an hingga pertengahan 1900. Hal itu karena pengaru pendidikan formal SR, SMP, SGB, SGA yang gurunya berasal dari Jawa tengah dan Timur. Karya sastranya adalah:

1. Panyandra
Kata-kata yang menggambarkan keadaan, dengan menggunakan kata-kata ibarat.
Mripati damar kanginan
Untue mijil timun
Swarae kaya mbela-mbelahi bumi

2.Wangsalan
Berasal dari kata ulang ”wangsal-wangsul”. Wangsul mengandung pengertian “Jawab, pulang”. Wangsalan adalah kalimat yang mengungkapkan maksud atau kehendak dengan menggunakan kata-kata yang mirip atau mendekati maksud tertentu.
Janur gunung (pupus aren), makudnya kadingaren
Balung jagal (bagal), makudnya dugal.
Toya mijil saking langit (udan), dihubungkan menjadi edan

3. Parikan
Bentuk parikan terdiri dari sampiran (dua kalimat pertama) dan isi (dua kalimat terakhir).
Wedang bandrek
Wedang bajigur
Demen dewek
Ngarani batur

4. Paribasa
Ungkapan yang menggunakan perumpamaan
Amba segara (gelem ngampura ning segala-gala)
Kebo nusu gudel (wong tuwa geguru ning wong nom, wong sugih/berpangkat
jejaluk ning wong mlarat)

5. Sanepa
Perumpamaan yang tersusun dari kata yang menggambarkan watak atau keadaan dan disambung dengan kata nama.
Alim kucing (meneng tapi ada karepe)
Pait madu (omongane ora bukti)

6. Ukara sesumbar
Kalimat yang terdiri dari kata-kata kasar yang bertujuan sebagai pembakar atau pemicu api amarah lawan bicara.
Yen ngaku lanang, metua!
Arep ning gena sesek, arep ning gena kang lega, tek enteni!

7. Basa prenesan
Kata atau ucapan yang mengandung makna menarik atau menawarkan sehingga menjadi tertarik
Barang iki arang didagang, yen tuku ora didol, nanging yen bocah ayu kang njaluk, senajan larang tur angel luruwe, tek paasrakenang kabeh.

8. Basa Rinengga (Rineka)
Artinya diiasi agar lebi inda.
Ora kena ora
Sekedap netra, yen nginang durung abang, iduha durung asat.

Karya sastra pada ”Masa Cirebon-Indramayu Modern” (1950-sekarang) banyak dipengaruhi bahasa Jawa pesisiran Cerbon-Dermayon dan bahasa pergaulan, yakni:
1. Geguritan dalam tembang macapat
Aran manuk (dalam dhandhanggula)
Sami gawok ningali wanadri
Perkutut mencrok apnge
Ana bethet lan puter
Deruk lan dara angideri
Deres alap-alapan
Aburira muluk-muluk
Engkak-engkak cingkangkak bak
Kokok beluk sinamber ine ulik-ulik
Belekok notol gagak

2. Geguritan dalam enelan
Tir
Jareku mampir
Mong dalane belok
Tir
Jareku mikir
Mong bli duwe embok
Babadan kali
Kembang melati
Bobadan beli
Kula enteni
Di Indramayu Juga Memiliki Berbagai Macam - Macam Masakan Kuliner Khas Kota Indramayu Yaitu
1.Pindang Gombyang Manyung Atau Sing Sering Di Sebut Iwak Pindang Gombyang Salah satu makanan khas dari Indramayu yang populer adalah pindang gombyang manyung. Pindang gombyang manyung ini mirip dengan gulai. Yang berbeda adalah bahan baku yang diolah menggunakan kepala ikan. Ikan yang digunakan adalah ikan manyung
 2.Sega Lengko { Makanan Favorit Heheheheh }
Makanan khas wilayah Indramayu lainnya adalah sega lengko atau yang dikenal dengan sebutan nasi lengko. Seperti namanya, nasi lengko ini merupakan penganan yang berbahan dasar nasi yang ditambah beberapa bahan makanan lain. Di Indramayu, nasi lengko ini sering dijadikan menu sarapan. Selain harganya murah, nasi lengko ini juga bernilai gizi yang tinggi. yang mau Cepat Tinggi Ayoo Buruan Makan Sega Lengko
Dan Kuliner lain nya

Mengenal Tugu Indramayu
_Tugu Mangga di Indramayu_ Tempate Kabupatene Kita
Tugu mangga didirikan sebagai Land Mark Indramayu, dimana Indramayu merupakan kabupaten penghasil buah mangga dengan kualitas yang bagus. Aneka jenis buah mangga sangat beragam di Indramayu. Berbagai ukuran pun ada tergantung dari berbagai jenisnya. Dengan rasa yang manis dan akan kaya vitamin c. Buah mangga banyak sekali diminati oleh warga dari berbagai kalangan. Dengan adanya Tugu Mangga di Indramayu, maka tugu tersebut menjadi simbol sebagai julukan kota mangga.
_
Tugu Kijang di Indramayu
Mungkin sebagian orang bertanya, kenapa bisa ada Tugu Kijang di Indramayu? Kenapa bukan hewan lain? Berdasarkan cerita legenda tentang asal-usul Kabupaten Indramayu, Kijang adalah hewan yang menuntun dan menunjukan arah lembah Kali Cimanuk kepada Raden Aria Wiralodra. Mungkin Anda bingung mendengar nama Raden Aria Wiralodra. Dia adalah pendiri Padepokan yang sekarang menjadi Kabupaten Indramayu. Bundaran Kijang adalah persimpangan jalan yang menuju Karangsong, Indramayu Kota, Cirebon dan Bundaran Mangga. Bundaran Kijang adalah lokasi yg strategis, dimana disana dekat dengan kantor-kantor pemerintahan daerah seperti Gedung DPRD Indramayu, Dinas Penduduk dan Catatan Sipil, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perindustrian dan lain-lain. Disamping itu Bundaran Kijang juga dekat dengan lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai universitas.
Kien Sing Paling Istimewah Ning Dermayu Remaja Yaiku 
Alun-alun Indramayu
Alun-alun Indramayu merupakan sebuah tanah lapang yang berada di pusat pemerintahan Indramayu. Alun-alun ini biasa di gunakan untuk Upacara Bendera dalam rangka perayaan Hari-hari Besar Nasional dan juga kegiatan lainnya. Tempat yang berbatasan dengan Kantor Bupati Indramayu, Masjid Agung Indramayu, Kantor POL-PP dan Gedung Juang 1945 ini dilewati Jl. R.A. Kartini. Alun-alun Indramayu juga dulunya merupakan tempat hang out pada sore sampai malam hari. Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya disekitar sini. Dari anak-anak sampai dewasa mereka sering berkunjung dan berbelanja di area ini. Pedagang yang kebanyakan menjajakan aneka jenis makanan ini selalu ramai dikunjungi oleh warga. Aneka jenis makanan ada disini dari Mie Ayam, Mie Bakso, Sate, Bubur Ayam, Bubur Kacang, dan lain-lain. Sekarang lokasi tempat para pedagang berjualan sudah dipindah kan di samping Kali Cimanuk.

Mohon Maaf Bila Ada Kata Kata Yang Kurang Menarik Kami. Mohon Maaf kami tutup Blog Kami Ucapkan Bilahitaufik walidayah wassalamualaikum,wr,wb


                                                                                                         By Karya Tulis :
                                                                                                          Dibyoharum
Di Warnet Isos Net Desa Sukamelang Jam : 08 : 36 P.m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar